Halaman

Jumat, 15 November 2019

Andingingi, Ritual Kajang Mendinginkan Bumi

Cari Keripik pisang klik disini

Di sebuah hamparan rerumputan di tengah hutan yang dinamakan Je’ne Berang, ratusan orang berpakaian hitam berkumpul, duduk bersila, lelaki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak. Sebuah pohon beringin besar berdiri tegak di sekitar tempat itu. Di bawahnya dipenuhi sesajian makanan yang telah didoakan.
Kumpulan orang-orang itu adalah warga dari Komunitas Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yang tengah merayakan ritual yang disebut Andingingi. Sebuah ritual ruwat bumi yang dilaksanakan tiap tahun. Tahun ini jatuh pada tanggal 6 November 2017.
Andingingi adalah sebuah prosesi yang sakral di mana banyak laku yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya. Semua orang yang datang ke lokasi acara diwajibkan berpakaian hitam dan harus melepas alas kaki. Peserta ritual juga dilarang meludah sembarang tempat, tidak berbicara dan bergerak yang banyak, yang bisa mengalihkan perhatian pemangku adat yang sedang menyelenggarakan ritual. Pengambilan gambar untuk foto dan video hanya diperkenankan setelah pelaksanaan ritual inti.
Sebagian besar pemangku adat Kajang yang berjumlah 26 orang hadir dalam ritual, kecuali Ammatoa. Turut hadir Bupati Bulukumba, Andi M Sukri Sappewali dan sejumlah pejabat dari kabupaten dan provinsi Sulawesi Selatan. Hadir pula sekitar 100-an fotografer dari berbagai daerah di Sulawesi sebagai undangan khusus.
Pelaksanaan andingingi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika selama ini dilaksanakan dalam kawasan yag disebut rambang seppang, di salah satu bagian hutan yang disakralkan, maka tahun ini dilaksanakan di luar kawasan, meski masih tetap termasuk dalam bagian kawasan hutan Kajang.
“Kita memang meminta agar ritual ini dilakukan di luar kawasan rambang seppang agar bisa diikuti dan didokumentasikan oleh pihak luar. Ini bagian dari promosi budaya Ammmatoa Kajang,” ungkap Andi Buyung Saputra, Camat Kajang, yang dalam struktur adat Kajang menjabat sebagai labbiria.
https://sukalangu.blogspot.com
Dalam ritual andingingi ini semua orang diharuskan berpakaian hitam dan melepas alas kaki. Ada banyak makanan yang disajikan, yang diolah secara sederhana dan tradisional.
Sebelum pelaksanaan andingingi ini, malam sebelumnya telah dilakukan ritual yang disebut appalenteng ere’ sebagai ritual persiapan andingingi. Ritual ini dipimpin langsung oleh Ammatoa. Lokasinya sama dengan lokasi pelaksanaan ritual andingingi. Selama acara berlangsung tidak diperkenankan untuk mengambil gambar foto dan video. Penerangan pun hanya menggunakan obor.
Menurut Andi Buyung, ritual appalenteng ere’ ini sebenarnya merupakan acara inti dari pelaksanaan andingingi, karena dipimpin langsung oleh Ammatoa yang melakukan pemberkatan. Semua bahan-bahan atau kelengkapan ritual andingingi disiapkan pada ritual ini.
Buyung menggambarkan kehidmatan acara ini bisa dilihat dari kondisi langit yang cerah dan suasana yang tiba-tiba terasa damai dan menenangkan.
“Biasanya setelah pelaksanaan andingingi ini akan disertai dengan hujan deras, cuma untuk saat ini kita minta agar tak ada hujan karena adanya atraksi ritual attunu panroli dan tarian pabitte passapu setelahnya,” tambahnya.
Ramlah, Kepala Dusun Benteng, Desa Tana toa, yang juga merupakan salah satu putri Ammatoa menjelaskan bahwa andingingi bagi masyarakat kajang semacam ritual ruwat bumi dan kehidupan, di mana dalam ritual ini dipanjatkan doa-doa agar dalam setahun ke depan senantiasa diberikan keselamatan dan kesehatan dari Tu Rie’ Ara’na atau Tuhan yang Maha Kuasa.
“Tujuan dari ritual ini adalah meminta kepada Tu Rie’ Ara’na agar dimudahkan rezeki, dipanjangkan umur dan senantiasa diberikan kedamaian dan dijauhkan dari mara bahaya,” ujarnya.
Ritual andingingi ini dimulai dengan pembacaan doa dari perwakilan adat. Setelah itu dua orang mengitari tempat kegiatan sambil memerciki peserta dengan air yang telah diberkati menggunakan tangkai buah pinang dan sejumlah dedaunan yang diikat jadi satu, yang disebut pabbe’bese. Sejumlah orang terlihat sengaja menengadahlan wajahnya agar terperciki air tersebut. Setelahnya, beberapa orang memoleskan bacca ke jidat dan leher peserta ritual. Bacca ini adalah sejenis bedak cair yang terbuat dari tepung beras dicampur kunyit.
Di akhir acara disajikan makanan berupa nasi dan daging kerbau menggunakan piring yang terbuat dari daun lontar yang disebut tide. Ada juga sayuran yang disajikan menggunakan wadah yang terbuat dari tempurung kelapa.
Sebagai bagian dari ritual ini, sekitar 50 meter dari lokasi andingingi dilakukan atraksi ritual attunu panroli atau membakar linggis hingga merah karena panas.
Ritual ini dimulai dengan pengumpulan ranting pohon dan dedaunan, yang kemudian dibakar hingga apinya membesar. Setelah apinya dirasa cukup, linggis pun dipanaskan di tumpukan dedaunan terbakar tersebut hingga warnanya memerah.
Salah seorang pemangku adat yang bernama Puto Gassing kemudian mengambil linggis panas tersebut dengan tangan tanpa pelapis. Untuk membuktikan bahwa linggis itu benar-benar panas maka sejumput daun diletakkan di atas linggis yang segera terbakar. Berkali-kali ia mengusap-usapkan telapak kakinya ke linggis tersebut dari atas ke bawah, dan ia tak terluka sedikit pun.
Salah satu atraksi yang dipertunjukkan dalam prosesi andingini ini adalah attunu panroli atau membakar linggis. Ritual ini adalah salah satu mekanisme hukum kuna bagi masyarakat Kajang yang masih diterapkan hingga saat ini.
Attunu panroli ini adalah salah satu mekanisme penyelesaian perkara di Kajang jika terjadi keraguan siapa pelaku dari pelanggaran tersebut. Kepada pihak berperkara disuruh memegang linggis panas tersebut. Jika tangannya melepuh ketika memegang linggis itu, maka dialah pelakunya. Sedangkan bagi yang bukan pelaku, tidak akan merasakan panasnya linggis tersebut. Meski pada umumnya pelaku tidak mau mengikuti upacara tersebut, sehingga kadang dilanjutkan dengan ritual attunu Passau, yang tingkatannya lebih tinggi.
Setelah atraksi attunu panrili tersebut dilanjutkan dengan pementasan tarian pabitte passapu, yang merupakan tarian penyambutan dalam tradisi Kajang. Dalam tarian ini digambarkan terjadinya sabung ayam dengan menggunakan passapu atau kain penutup kepala bagi orang Kajang. Di lokasi yang sama juga terdapat pertunjukan tenun dari perempuan Kajang.
Menurut Buyung, pelaksanaan andingingi yang dilaksanakan secara terbuka dan bisa diikuti oleh orang luar Kajang ini adalah bagian dari upaya mengenalkan tradisi Kajang secara lebih luas dan bisa menjadi objek wisata budaya di masa yang akan datang.
“Kita berharap ini bisa memberi income bagi masyarakat Kajang, meski tetap hati-hati juga karena banyaknya pantangan-pantangan yang harus dipenuhi bagi pendatang.”
Di tahun-tahun mendatang Buyung bahkan berharap ada acara khusus tahunan berupa Festival Kajang, yang bisa mengenalkan lebih luas berbagai kekayaan budaya yang ada di dalam masyarakat Kajang.
Komunitas adat Kajang hingga saat ini masih sangat ketat dalam menjaga tradisi, termasuk dalam kaitannya dengan menjaga hutan. Kawasan hutan yang disakralkan tak boleh sama sekali dimanfaatkan kecuali sebagai tempat pelaksanaan ritual. Dalam kawasan rambang seppang berlaku banyak larangan-larangan, misalnya tak boleh menggunakan peralatan modern dan tak bisa menggunakan alas kaki ketika berada dalam kawasan yang terdiri dari 8 dusun ini.
Andingingi sendiri memiliki beberapa macam bentuk, antara lain andingingi kampong (kampung), andingingi borong (hutan) dan andingingi bola (rumah). Tujuannya sama, yang berbeda hanya pada skalanya.
Komunitas adat Kajang di Tana Toa dipimpin oleh seorang disebut Ammatoa yang sangat dipatuhi oleh warganya. Ammatoa ini memegang tampuk kepemimpinan di Tana Toa sepanjang hidupnya terhitung sejak dia dinobatkan hingga meninggal. Proses pemilihan Ammatoa tidak gampang dan bukan suatu hal yang dicita-citakan karena proses pemlihannya bukan melalui pemilihan warga tetapi ditunjuk langsung oleh Tu Rie’ A’ra’na melalui serangkaian ritual yang rumit.


Rabu, 13 November 2019

Desa Wisata di Indonesia


Cari Keripik pisang klik disini
11 Desa Wisata di Indonesia Tujuan Plesir Asyik, Nomor 2 Unik Desa pun asyik buat tujuan plesir. (foto: berdesa)
SEJAK 2012, Indonesia punya 967 desa wisata yang tersebar di seluruh Tanah Air. Lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sejumlah desa wisata dikembangkan untuk memajukan ekonomi di daerah.
Dari hampir seribu desa wisata yang cantik dan menarik di Tanah Air, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi merilis 11 desa wisata terbaik di Indonesia.
Ke-11 desa wisata tersebut punya keunggulan di berbagai bidang, seperti agro, iptek, hingga budaya. Berikut 11 desa wisata di Indonesia yang wajib banget dikunjungi.


1. Desa Sungai Nyalo, Painan, Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat


Kawasan pesisir pantai Sumatra Barat menyimpan keindahan yang jarang terjamah, seperti kawasan Mandeh Painan. Desa Sungai Nyalo terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kata 'tarusan' secara harfiah berarti 'terusan', yang mengacu pada posisi wilayah Koto XI Tarusan yang berada di jalur tembus dari Painan ke Kota Padang di uatara.

pantai carocok
Pantai Carocok, Painan. (foto: youtube)
Desa adat berbentuk nagari itu memiliki objek wisata Bukit Mandeh yang menawarkan batu-batu berbentuk pulau. Selain itu, di desa yang disebut sebagai desa wisata dengan perkembangan tercepat ini, ada pula Pantai Carocok yang terkenal dengan Pulau Cubadak yang masih asri. Meski belum begitu dikenal di dalam negeri, turis asing banyak yang berwisata ke kawasan yang dijuluki 'Paradise of the South' ini.

2. Desa Madobak, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat

Terletak di hulu sungai Siberut Selatan, Desa Madobak berdekatan dengan desa-desa lain seperti Ugai dan Matotonan. Ketiga desa tersebut terkenal menjaga keunikan tradisional adat mereka. Mengunjungi desa tersebut akan memberi sensasi kehidupa desa yang terbilang masih asli dan menjaga nilai tradisional yang ada.

desa madobak
Tradisi tato. (foto: mentawaikita)
Di desa wisata terbaik di Indonesia itu, Anda dapat berinteraksi dengan nilai budaya tradisional yang masih dijaga dengan baik. Jika beruntung, Anda bisa menjadi saksi pesta adat Sikkerei yang berbau mistis. Selain itu, desa ini juga memiliki budaya tato yang diyakini sebagai budaya tato tertua di dunia.

desa madobak
Desa Madobak yang masih asri dan dekat dengan alam. (foto: pelitadesa)
Yang tak kalah indah, Desa Madobak juga menawarkan air terjun Kulu Kubuk yang begitu indah dan asri. Letaknya di tengah hutan yang masih asri sekitar 3 kilometer dari permukiman Desa Madobak


3. Desa Taman Sari, Banyuwangi, Jawa Timur

Diresmikan sebagai desa wisata sejak pertengahan 2016, Desa Taman Sari kini menjadi desa berjejaring bisnis. Desa ini berada di kawasan Gunung Ijen, Kecamatan Licin. Lokasinya diapit Kampung Penambang, Kampung Bunga, dan Kampung Susu.

desa taman sari
Desa Taman Sari jadi rumah pagelaran jazz. (foto: pelitadesa)
Selain wisata alam, Desa Taman Sari menawarkan keunikan budaya Osing. Suku Osing sendiri merupakan suku asli yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Yang tak kalah menarik, pagelaran musik kelas dunia, Ijen Summer Festival, digelar di desa wisata ini.


4. Desa Pujon Kidul, Pujon, Malang, Jawa Timur

Perpaduan gunung dan sawah tak pernah gagal manjakan mata. Itulah yang jadi daya tarik desa wisata agro ini. Desa Pujon Kidul awalnya dibuat sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. Perbukitan dan persawahan warga yang menghijau membuat hawa desa ini sejuk.

pujon kidul
Desa Pujon Kidul yang kini hits. (foto: Youtube)
Dinaungi Rumah Kampung Lestari, kegiatan argobisnis yang dilakukan warga menjadi daya tarik tersendiri. Ada dusun pengolah susu sapi, budi daya tanaman obat keluarga, hingga perkebunan seperti markisa, apel, dan jambu.

5. Desa Seigentung, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Yogyakarta sudah tak diragukan lagi daya tariknya. Tak hanya Malioboro, Kota Gudeg juga punya Gunungkidul. Dahulu kala, Gunungkudil dikenal sebagai daerah yang sering dilanda kekeringan, tapi kini punya potensi wisata tiada duanya.
Berada di dataran tinggi yang terbentuk atas muntahan gunungapi, Gunungkidul kini menjadi tempat desa wisata Iptek, yakni Seigentung. Desa ini sangat unik karena selama ini desa identik dengan berbagai ketertinggalan. Seigentung membuktikan warga desa sangat adaptif terhadap teknologi dan bisa menjadikan teknologi menjadi kekuatan mengembangkan ekonomi.


6. Desa Ubud, Gianyar, Bali

Segala hal tentang Bali terlihat menarik. Tak melulu pantai yang indah, Bali punya kekayaan budaya yang unik. Tak akan habis dijelajahi dan dieksplorasi.
Desa Ubud yang terletak di Kabupaten Gianyar menjadi lumbung budaya Bali. Ubud bahkan telah ditampilkan lewat buku Eat, Pray, Love karya Elizabeth Gilbert.

desa ubud
Puri Ubud menjadi ikon budaya. (foto: Ubudpalace)
Masyarakat Ubud hidup lekat dengan adat di keseharian. Tidak mengherankan jika hilir mudik orang berbusana adat jamak terlihat di sana. Galeri lukisan dan toko seni bertebaran di sana. Itulah yang menjadikan ubud sebagai desa budaya.


7. Desa Waturaka, Ende, Nusa Tenggara Timur

Inilah desa yang ditahbiskan sebagai wisata alam di Tanah Air. Letak desa ini tak jauh dari kawasan terkenal Danau Kelimutu.

Wisatawan ikut bekerja di Desa Waturaka. (foto: mongabay)
Selain pemandangan cantik, desa ini mengusung konsep wisata yang sangat unik, yaitu melibatkan wisatawan dalam kegiatan sehari-hari. Wisatawan yang berkunjung akan tinggal di rumah penduduk, lalu melakukan kegiatan sebagaimana keseharaian warga. Jadi jangan heran jika saat tiba di sana, Anda akan melihat bule yang mencangkul di ladang, mengangkat batu untuk bangunan rumah, maupun mengajar bahasa Inggris di sekolah.

8. Desa Ponggok, Klaten, Jawa Tengah


Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, bisa jadi merupakan lokasi wisata paling populer se-Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tempat berbentuk kolam alami ini, dikenal sebagai tempat belajar bagi para penyelam pemula.

desa ponggok
Menyelam dan berfoto di desa Ponggok. (foto: psdi)
Yang menarik, di desa ini ada beragam instalasi bawah air yang sangat seru untuk yang senang memotret ataupun berfoto. Umbul Ponggok yang kini menjadi desa pemberdayaan masyarakat membuat warga desa di sekitarnya merasakan manfaat. Dalam hal pendapatan, desa ini menghasilkan Rp 6,5 miliar dalam setahun.


9. Desa Teluk Meranti, Pelalawan, Riau


Terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau, Desa Teluk Meranti menjadi salah satu desa yang dikenal peselancar dunia.

desa teluk meranti
Ombak bono yang unik. (foto: bonoisland)
Desa kreatif ini jadi satu-satunya tempat wisatawan dapat berselancar di sungai, bukan laut. Meski demikian, ombak di sini tak sebaik di Kepulauan Nias. Ombak bono ialah sebutan untuk gelombang air yang terletak di muara Sungai Kampar, Pelalawan, Riau, tersebut. Ombak bono telah dijajal peselancar dunia.


10. Desa Bontagula, Bontang, Kalimantan Timur


Menjadi wilayah industri tak membuat Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur menjadi tak menarik untuk dikunjungi. Posisi Bontang yang diapit laut membuat bibir pantainya sangat indah.
Salah satu keindahan maritim terbaik yang dapat dikunjungi di Bontang ialah Desa Bontagula. Dengan menjadikan keindahan laut dan aktivitas warga pesisir pantai sebagai atraksi utama, desa ini pun dinobatkan sebagai desa maritim.


11. Desa Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Lagi-lagi Yogyakarta. Kali ini daerah Bantul yang menghadirkan desa sentra gerabah. Gerabah Kasongan punya sejarah panjang dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17.

desa kasongan
Industri gerabah jadi daya tarik Desa Kasongan. (foto: eksotisyogya)
Lokasi yang sekarang menjadi rumah bagi lebih dari 400 UKM ini dulunya merupakan tempat kundi atau gundi, yaitu para pembuat kendi, kuali, dan semua jenis peralatan dapur dari tanah liat.